Pages

Rabu, 17 Februari 2010

Meluruskan Pemahaman Bid'ah

Bid'ah itu ada dua,
bid'ah mahmudah ( yang terpuji ) dan bid'ah madzmumah ( yang tercela ) . Bid'ah yang sesuai dengan sunnah adalah Bid'ah yang terpuji. Sedangkan yang bertentangan dengan sunah adalah Bid'ah yang tercela ."(Imam Syafi'i)

Bid'ah merupakan sebuah kata yang tidak asing bagi kita semua. Ia berhubungan banyak hal didalam Islam. Sayangnya banyak orang yang belum memahami makna bid'ah dengan benarSehingga, tidak jarang mereka terjebak dalam perselisihan. Sebenarnya para ulama telah menjelaskan permasalahan ini dengan jelas , hanya saja kita kurang mempelajarinya. Dalam bab ini akan kami sampaikan uraian singkat tentang Bid'ah , dengan harapan tidak terjadi lagi salah pemahaman terhadapnya. Semoga Allah membukakan pintu hati untuk mengetahui kebenaran . Amiin

Arti Bid'ah secara bahasa
Dalam bebagai kamus bahasa Arab , kita dapat menemukan arti bid'ah secara bahasa (etimologis) dengan mudah. Dalam kamus Al-Munjid desebutkan : "Bid'ah adalah suatu yang diadakan tanpa adanya contoh terlebih dahulu",. Pada dasarnya semua kamus bahasa Arab mengartikan bid'ah secar bahasa sebagai sebuah perkara baru yang diadaka atau diciptakan tanpa adanya contoh terlebih dahulu. Penciptanya disebut mubtadi' atau Mubdi'. Langit dan Bumi dapat juga disebut sebagai bid'ah, sebab keduanya diciptakan oleh Allah SWT tanpa adanya contoh terlebih dahulu. Didalam Alquran Allah mewahyukan : pada surat Al-baqarah : 117 " Allah Pencipta langit dan Bumi ( tanpa contoh )" .

Arti Bid'ah secara Istilah Agama ( Terminologis )

.Sebuah hadist tidak cukup sebagai dasar untuk menetapkan arti bid'ah. Kita harus mempelajari semua Hadist yang berkaitan denganya. Tentunyua tidak semua orang memiliki waktu dan pengetahuan yang cukup untuk melakukanya. Alhamdulillah para ulama telah bekerja keras untuk merumuskan dan menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan bid'ah . Dalam bab ini kami akan sampaikan pendapat Imam Syafi'i (Imam syafi'i : Beliau adalah Muhammad Idris, julukan beliau adalah Abu Abdillah, Beliau lahir di Gazza Palestina pada tahun 150 H, bertepatan dengan hari wafatnya Imam Abu Hanifah. Pada saat itu masyarakat menyatakan " Telah wafat seorang Imam dan Lahirlah seorang Imam, Sejak kecil beliau telah Yatim, pada saat menginjak usia dua tahun ibu beliau membawanya ke Mekah. Pada usia tujuh tahun beliau telah hafal Al-Quran dan saat berusia sepuluh tahun beliau telah hafal Al-Muwaththa ; Buku hadis karya Imam Malik ra .Beliau kemudian berguru kepada Imam Malik di kota Madinah dan pada tahun 199 H, beliau pergi ke Mesir dan tinggal disana hingga wafat pada tahun 204 H. (Lihat Abu Abdillah Muhammad bin Idris Syafi'i, Diwanul Imamisy Syafi'i, Darul Fikr, Beirut, 1988, hal.5-20. ) Seorang ulama ternama yang keilmuan dan kesalehannya diakui oleh dunia sejak duli hingga saat ini.

Pendapat Imam Syafi'i
........Imam syafi'i rhm berpendapat bahwa bid'ah terbagi menjadi dua yaitu hasanah dan bid'ah sayyi'ah atau bid'ah mahmudah ( yang terpuji ) dan bid'ah madzmumah ( yang tercela ). Pendapat beliau ini berlaku bagi semua hal baru yang terjadi setelah zaman Rasulullah saw dan zaman khulafaur Rasyidin Hamalah bin yahya menyatakan bahwa beliau mendengar ( imam) syafi'i rhm berkata : "bid'ah itu ada dua, bid'ah mahmudah dan bid'ah madzmumah. Bid'ahyang sesuai dengan dunah adalah bid'ah yang terpuji ( mahmudah ), sedangkan yang bertentangan dengan sunah adalah bid'ah yang tercela ( madzmumah )".

Rabi' ra berkata bahwa imam syafi'i rhm berkata : " Hal-hal baru ( muhdatsat ) itu ada dua yang pertama hal baru yang bertentangan dengan Al-Quran, Sunah, Atsar maupun Ijma, Inilah bid'ah yang sesat , yang kedua segala hal baru yang baik dan tidak bertentangan dengan Al-Quran, Sunah, Atsar maupun Ijma, Hal baru ini merupakan Bid'ah yang tidak tercela.'

Pembaca yang budiman anda mungkin bertanya mengapa Imam Syafi'i rhm berpendapat demikian, sedangkan Rasulullah saw telah bersabda : " Barang siapa diberi hidayah oleh Allah swt , maka tiada siapapun yang menyesatkannya . Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah swt , maka tiada siapapun dapat memberinya hidayah ( Petunjuk )".

" Sesungguhnya sebaik-baiknya ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah muhdatst (hal-hal baru) dan semua muhdats (yang baru) adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat dan semua yang sesat tempatnya adalah di neraka." ( HR Nasa 'i)

........ Hadist diatas memang benar, tetapi kita tidak boleh tergesa-gesa memutuskan bahwa semua bid'ah sesat. Untuk dapat memahaminya dengan benar, kita harus megkaji semua Hadist yang berhubungan dengannya. Sehingga, kita tidak terjerumus pada penafsiran yang salah . Dibawah ini akan coba kami jelaskan mekna dari Hadis diatas, semoga Allah melapangkan hati kita untuk memahaminya dengan benar. Amiin.

Penjelasan Pertama
.......Saudaraku, untuk dapat memahami sebuah ayat dengan benar kita harus mempelajari sebab turunya ayat tersebut dan juga bagaimana penafsiran para ulama tentangnya. Begitu pula ketika hendak memahami sebuah hadist, kita tidak harus bertanya kepada para ulama. Sesungguhnya sidak semua ayat atau Hadist dapat diartikan secara langsung sesuai dengan makna lahiriahnya atau teks yang tertulis. Orang yang bersikukuh hanya mau memahami sebuah ayat atau Hadist sesuai dengan teks yang tertulis ( makna lahiriyahnya ), dan tidak mau menerima penafsiran para ulama, suatu saat ia akan mengalami kebingungan. Hadist tentang bid'ah diatas merupakan salah satu Hadist yang memerlukan penafsiran.

Jika kata semua bid'ah tidak ditafsirkan, maka apa yang akan terjadi ? kita semua akan masuk neraka, sebab kehidupan kita dipenuhi dengan bid'ah. Cara berpakaian, berbagai jenis perabotan rumah tangga, sarana transportasi , pengeras suara, permadani yang terhampar di Masjid-masjid, lantai masjid yang terbuat marmer , penggunaan senduk dan garpu, hingga berbagai kemajuan teknologi lainya semua itu merupakan hal-hal baru yang tidak pernah ada dizaman Rasulullah saw dan para sahabat beliau. Semuanya adalah bid'ah dan Rasulullah saw menyatakan bahwa semua bid'ah adalah sesat dan semua yang sesat tempatnya ada dineraka. Ketika dihadapkan pada pertanyaan seperti ini jawaban apa yang akan diberikan oleh mereka yang hanya berpegang pada makna lahiriyah Hadist bid'ah. Dalam Hadist tersebut Rasulullah saw tidak menjelaskan hal baru apa yang sesat, beliau menyatakan semuanya sesat. Sehingga, jika Hadist tersebut dipahami secara langsung dan tidak ditafsirkan , semua hal baru dalam permasalahan dunia maupun agama adalah sesat dan pelakunya masuk neraka.

........Ternyata setelah dihadapkan pertanyaan seperti ini mereka akan mengatakan bahwa semua yang tersebut diatas , seperti permadani yang terhampar dimasjid, pengeras suara, berbagai sarana transportasi dan lain sebagainya adalah bid'ah duniawiyyah, bid'ah seperti ini tidak sesat yang sesat hanyalah bid'ah dalam bidang agama atau yang biasa disebut bid'ah diniyah ( keagamaan ). Sungguh aneh bukan, jika sebelumnya mereka bersikukuh pada makna lahiriyah Hadist yang menyatakan bahwa semua bid'ah itu sesat, serta menganggap pembagian bid'ah menjadi bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah sebagai suatu yang dipaksakan dan bertentangan dengan hadist Rasulullah saw, kini mereka sendiri membagi bid'ah itu menjadi dua , yaitu bid'ah keduniaan dan bid'ah keagamaan.

........Saudaraku, jika mereka boleh membagi bid'ah menjadi dua, padahal Rasulullah tidak pernah melakukannya maka para ulama besar seperti Imam Syafi'i rhm pun boleh membagi bid'ah menjadi bid'ah Hasanah dan bid'ah sayyi'ah. Mari kita berfikir jujur ternyata semua ulama didunia ini telah menjelaskan arti bid'ah dan membaginya sesuai dengan hasil ijtihad mereka. Inilah salah satu alasan kami menerima pembagian bid'ah menjadi bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah.

Penjelasan Kedua
.......Saudaraku, diatas telah dijelaskan bahwa tidak semua Hadist dapat dicerna langsung, ada beberapa Hadist yang perlu dijelaskan dan ditafsirkan, dan salah satunya adalah Hadist tentang bid'ah tersebut. Hadist Kullu bid'atin dhalalatun merupakan Hadist yang bersifat umum. Dalam Hadist seperti ini biasanya terdapat kata atau kalimat yang tidak disertakan , tidak diucapkan, tetapi telah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Hadist Kullu bid'atin dhalalatun irip dengan beberapa hadist di bawah ini :

......." Tidak beriman salah seorang diantara kalian sebelum ia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri " (HR Bukhari , tirmidzi, Nasa'i, ibnu Majjah dan Ahmad ).

......." Bukan dari golongan kami seseorang yang tidak membaca Al-Quran dengan suara yang baik (merdu )" ( HR Bukhari , Abu Daud, Ahmad dan Darimi ).
......." Shalat witir itu benar, maka barang siapa yang tidak menunaikan shalat witir ia bukan dari golongan kami. " ( HR Abu Dawud dan Ahmad ).
......." Tidaklah berwudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah dalam wudhunya." ( HR Tirmidzi Abu Dawud, Ibnu Majah , Ahmad dan Darimi)

.......Jika kata " Tidak " dan "Bukan dari golongan kami" dalam beberpa Hadist diatas tidak dijelaskan, tidak ditafsirkan lalu bagaimana nilai wudhu kita , bagaimana kedudukan kita dalam Islam? Nabi menyatakan , " Bukan dari Golongan kami ." Jika tidak berada dalam golongan Nabi dan para sahabatnya , maka kita berada dalam golongan siapa? Oleh karena itu, hadist diatas dan sejenisnya perlu dan harus ditafsirkan dalam hadis lain sehingga kita tidak salah memahami ucapan Nabi Muhammad SAW. Para Ulama menyatakan bahwa kata " Tidak " dalam Hadist diatas artinya adalah "Tidak Sempurna". Dalam Hadis itu ada kata " sempurna " yang tidak diucapkan oleh Nabi saw karena telah dipahami oleh para sahabat. Sedangkan kata, " Bukan dari Golongan kami " artinya "Bukan dari golongan terbaik kami ". Dalam Hadist ini terdapat kata "terbaik" yang tidak juga diucapkan oleh Nabi saw karena telah dipahami oleh para sahabat.

.......Para ulama menjelaskan bahwa dalam Hadist Kullu bid'atin dhalalatun juga terdapat kalimat yang tidak diucapkan olah Nabi saw, namun telah dipahami olehpara sahabat. Klimat itu terletak setelah kata "Bid'atin " dan bunyinya adalah "yang bertentangan dengan syariat".Coba anda perhatikan kalimat yang terletak didalam tanda kurung berikut : "Semua bid'ah ( yang bertentangan dengan syariat ) adalah sesat dan semua yang sesat tempatnya adalah neraka." Ini juga alasan kami mengapa pendapat imam Syafi'i diatas kami terima.

Penjelasan Ketiga
. . . .Dalam Hadist diatas Rasulullah saw menyatakan bahwa kullu bid'atin dhalalatun yang jika diterjemahkan secara tekstual ( sesuai dengan makna lahiriyah ) akan berati semua bid'ah sesat. Yang menjadi pertanyaan benarkah katakullu selalu berarti semua? Didalam Al-Quran terdapat beberapa kata kullu yang pada kenyataanya tidak berarti semua, coba perhatikan wahyu Allah berikut : " (Angin ) yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhanya , maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi, kecuali tempat tinggal mereka . Demikianlah kamu memberi balasan kepada kaum yang berbeda ".( Al-Ahqaf , 46:25).

Dalam ayat diatas Allah menggambarkan bagaimana angin menghancurkan segala-galanya sehingga orang-orang kafir tersebut terkubur didalam bumi. Kendati disebutkan bahwa angin tersebut menghancurkan kulla syai'in ( segala sesuatu ), ternyata rumah orang-orang kafir tersebut tidak ikut campur. Ini membuktikan bahwa kata kullu tidak selalu berarti semua . Dalam ayat diatas rumah orang-orang kafir yang tidak hancur tersebut merupakan salah satu pengecualian. Begitu pula dalam hadist kullu bid'atin dhalalatun disana ada sesuatu yang dikecualikan . Rasulullah saw bersabda : " Barang siapa membuat esuatu yang baru dalam masalah ( agama ) kami ini, yang tidak bersumber darinya ( agama ) maka dia tertolak." 9 HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad ).
Perhatian kalimat " yang tidak bersumber darinya (agama)". Inilah kalimat yang jelas menjelaskan bahwa tidak semua bid'ah sesat. Berdasarkan sabda Rasulullah saw diatas, maka Hadist "kullu bid'atin dhalalatun , dapat diartikan sebagaiberikut : Semua bid'ah itu sesat kecuali yang bersumber daru Al-Quran dan As-Sunah."
Penjelasan itu mungkin belum meyakinkan kita semua oleh karena itu mari kita coba untuk menyimak penjelasan berikutnya.

Penjelasan Keempat
.......Setelah memahami keterangan diatas, mari kita pelajari arti muhdatsat ( hal-hal baru ) salam Hadist sebelumnya pera Ulama menyatakan bahwa kada muhdatsat dalam Hadist tersebut artinya adalah segala hal yang baru tidak sesuai dengan Al-Quran dan Hadist Nabawi. Pernyataan ini didukung oleh beberapa Hadist . Coba anda simak sabda Rasulullah saw berikut : “ Dan Barang siapa mengadakan sebuah bid’ah dhalalah ( sesat ) yang tidak diridhoi Allah dan Rasul Nya, maka dia memperoleh dosa sebanyak dosa orang yang mengamalkan tanpa sedikit pun mengurangi dosa-dosa mereka .” ( HR Tirmidzi ).

Dalam Hadist diatas disebutkan “ Barang siapa mengadakan sebuah bid’ah dhalalah “ hal ini menunjukan bahwa tidak semua bid’ah sesat. Andaikata semua bid’ah sesat tentu beliau akan langsung berkata : “ Barnag siapa mengadakan sbuah bid’ah “ dam tidak menambahkan kata dhalalah dalam sabdanya tersebut. Dengan menyebut kalimat “Bid’ah dhalalah “ maka logikanya ada bid’ah yang tidak dhalalah. Disamping itu dalam sabdanya yang lain , Rasulullah saw berkata : “Barang saiapa membuat suatu yangbaru dalam masalah agama kami iniyang tidak terdapat didalam agama maka ia tertolak.” (HR Bukhari dan Abu dawud ). “ Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah agama kami iniyang tidak bersumber darinya (agama) maka dia tertolak. ( HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad )

Coba perhatikan dalam Hadist diatas Rasulullah saw menambahkan kalimat “ yang tidak bersumber dari agama,”dan kalimat “yang tidak terdapat dalam agama .” Akankah sama jika kalimat tersebut dihilangkan . coba perhatikan perbedaan keduanya ( yang masih utuh dengan yang sudah dipotong.)

“ Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah agama kami ini yang bersumber darinya ( agama ) maka dia tertolak. “
Dibandingkan dengan kalimat berikut :
“ Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah agama maka dia tertolak “

Jika kita perhatikan dengan baik kedua kalimat diatas sangat berbeda. Kalimat pertama memberitahukan bahwa hanya hal baru yang tidak bersumber dari agama saja yang ditolak sedangkan kalimat yang kedua bahwa semua yang baru ditolak. Kini jelaslah bahwa penambahan kalimat “ Yang tidak bersumber darinya (agama) “ merupakan bukti bahwa tidak semua yang baru sesat. Andaikata semua hal baru adalah sesat, tentu Nabi saw tidak akan menambahkan kalimat tersebut . Beliau saw berkata ,” Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah agama kami ini, maka ia tertolak,” tetapi hal ini beliau tidak lakukan. Kesimpulannya , selama hal baru tersebut bersumber dari Al-Quran atau Hadist maka dia dapat diterima oleh Allah dan diterima oleh Rosu-Nya saw.

Penjelasan Kelima
Rupanya pemahaman bahwa tidak semua bid’ah itu sesat telah dipahami oleh para sahabat. Bahkan seorang sahabat terkemuka khalifah kedua dalam islam amirul Mukminin Umar bin Khatab ra pernah mencetuskan istilah bid’ah baik untuk sebuah amalan yang beliau susun yaitu shalat taraweh berjamaah di masjid selama bulan Ramadhan dengan seorang imam yang hapal Al-Quran . Imam Bukhari ra dalam kitab shahihnya menyebutkan : “ Dari Abdurrahman bin Abdul Qori, ia berkata “ pada suatu malam dibulan Ramadhan saya keluar menuju masjid bersama Umar bin Khatab ra. Disana (tampak) masyarakat sedang amenunaikan shalat (tarawih) secara berkelompok terpisah-pisah. Ada yang sholat sendiri ada pula yang berjamaah bersama sekelompok orang . Pda saat itulah Umar bin Khatab ra berkata “Menurutku, andaikata semua orang ini kupersatukan dibawah pimpinan seorang imam yang hapal Al-Quran tentu akan lebih baik. Beliau bertekad untuk mewujudkan niatnya .Akhirnya beliau persatukan mereka dibawah pimpinan Ubay bin kaab. Dimalam lain aku keluar menuju masjid berama Umar ra . Saat masyarakat sedang menunaikan sholat (tarawih) berjamaah dengan imam mereka yang hapal Al-Quran .( ketika menyaksikan pemandangan tersebut ) berkatalah Umar ra : Inilah sebaik-baiknya bid’ah .” (HR Bikhari dan Malik).

Dengan jelas , dihadapan para sahabat , Sayidina Umar ra mengucapkan “ Inilah sebaik-baiknya bid’ah “ Ucapan beliau ini merupakan salah satu bukti bahwa tidak semua bid’ah itu sesat.hanya bid’ah yang bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist lah yang sesat.

Penjelasan Keenam
Rasulullah saw selalu mendorong umatnya untuk melaksanakan semua perintah Allah, dan menjauhi semua larangan-Nya serta menghidupkan selalu sunah-sunah beliau. Tentunya setiap zaman memiliki cara dakwah tersendiri dan setiap masyarakat memiliki adapt yang berbeda. Rasulullah saw memerintahkan kita untuk berbicara dengan manusia sesuai dengan tingkat pemikiran dan pemahamannya. Untuk menghidupkan sunah Rosul saw yang seringkali diabaikan oleh umat Islam inilah para ulama kemudian memunculkan berbagai gagasan dan Ide cemerlang yang dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat. Gagasan tersebut mereka peroleh setelah mendalami Al-Quran dan Al-Hadist. Meskipun dikemas dalam model atau bentuk baru, tetapi isinya tiada lain adalah Al-Quran dan Al-Hadist.

Salah satu contohnya adalah apa yang Beliau berupaya menghidupkan sunah Rasulullah saw dengan mempersatukan umat dalam kebaikan. Apa yang dilakukan oleh Sayidina Umar ra serta para ulama lain yang mengikuti beliau ra, tiada lain adalah salah satu upaya untuk mengamalkan.

Oleh karena itu jangan gegabah dan tergesa-gesa menuduh bahwa suatu hal yang tidak ada pada zaman Rasulullah saw dan para sahabat sebagai bid’ah sesat yang harus diperangi. Tetapi, dengan kedewasaan berfikir marilah kita kaji landasan dan dalil yang mereka gunakan dalam kegiatan keagamaan tersebut . Jika memang tidakbersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist mari kita bersama-sama dakwahi dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang baik. Dan memang ada sumbernya dari Al-Quran dan Al-Hadist mari kita dukung bersama sebagai sarana untuk menghidupkan ajaran Al-Quran dan sunah Rasulullah saw.

Copy Raigt®Mana Dalilnya 1( Novel bin Muhammad Alaydrus )
RyanBro

Tarekat Qadiriyah

Pengertian tarekat menurut Prof.Dr.H.Abubakar Aceh ialah : “jalan ,petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dan dikerjakan oleh Sahabat, tabi’in , dan tabi’it tabi’in turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai”. Dari Abu Al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani mengatakan :

“kata Tariqat pada para sufi mutakhir dinisbatkan bagi sejumlah probadi sufi yang bergabung dengan seorang guru( Syekh) dan tunduk dibawah aturan-aturan terperinci dengan jalan rohaniyah ,yang hidup secara kolektif secara zawiyah, ribath dan khanaqah, atau berkumpul secara periodic dalam acara-acara tertentu, serta mengadakan berbagai pertemuan ilmiah maupun rohaniyah yang teratur”.

Adapun pengertian Tareqat Qodiriyah ialah : seperti yang telah dikatakan oleh Prof.Dr.Hamka,”tharekat-tharekat itu berdiri sendiri, dibawah pimpinan syekh dan memakai nama dibangsakan kepada syekh-syekhnya itu. Yang sangat terkenal ialah tareqat Qodiriyah yang didirikan dan dibangsakan kepada sayyid Abdul Qodir Jailani di negeri Baghdad.”.

Menurut Huston Smith dalam The Concise Encyclopedia of Islam, bahwa Syekh Abdul Qodir Jailani adalah peletak dasar-dasar tareqat Qodiriyah.tariat ini adalah yang pertama lahir dengan memiliki bentuk dan karakteristik tersendiri.Menurut keterangan lain bahwa tareqat ini lahir setelah wafatnya Syekh Abdul Qodir Jailani dan dibangun oleh orang-orang yang menganut dan meneruskan ajarannya. Dengan kata lain dia tidak mendirikan tareqat Qodiriyah.

Tareqat Qodiriyah bermula dari ribath dan madrasah Syekh Abdul Qodir Jailani, tempat dia menyampaikan ajaran-ajaran tasawufnya. Dia memimpin tempat tersebut sejak tahun 521 H hingga wafatnya tahun 561 H .setelah itu ribath diteruskan kepemimpinannya oleh anak-anaknya kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya dengan zawiyah sebagai pusat kegiatannya, yaitu suatu tempat dimana para sufi melatih diri dalam bertasawuf.Dari zawiyah inilah tareqat Qodiriyah mengalami perkembangan pesat.

Ditempat tersebut para murid mendapatkan ajaran dan pembinaan ruhani yang sesuai dengan ajarannya, bagi murid yang sudah tamat akan diberikan ijazah yang berupa Khirqah dengan melakukan janji untuk meneruskan ajarannya yang telah didapat. Bagi Syekh Abdul Qodir Jailani sendiri tentang perolehan khirqah tidak terlalu penting, pembentukan jiwa sufi lebih utama dan dianggap cukup.

Murid-muridnya banyak memegan peran penting dalam penyebaran ajaran tasawufnya.ada beberapa nama muridnya yang diketahui menyebarkan ajaranya yaitu : Muhammad ibn Abd al-Samad di Mesir, Muhammad al-Bata’ihi dan Taqiy al-Dina al-Yunini di Suriah, dan Ali al-Hadad di Yaman. Pada abad ke-15,tarekat ini masuk dan berkembang di anak benua India.

Perkembangan yang sama terjadi di Afrika Utara.Pada tahun 1550 M, tarekat ini tersebar di Afrika Timur.Pada abad ke-17, tarekat ini mulai masuk ke Turki.Penyebar didaerah ini bernama Ismail Rumi (wafat 1631 atau 1643 M), dia kira-kira mendirikan 40 pusat tarekat di Istambul dan sekitarnya. Tareqat Qodiriyah tersebar di Asia Kecil dan Eropa Timur, setelah beberapa desawarsa kemudian di Indonesia tareqat ini adalah yang pertamakali masuk menurut sumber-sumber yang ada di Indonesia.Orang yang pertama menganut tarekat Qodiriyah dari Indosesia ialah Hamzah Fansuri (wafat sekitar 1590 M) dia masuk tarekat Qodiriyah antara Baghdad dan Syahr-I Naw (Ayuthia, ibukota Muangrtai). Hamzah memperoleh ilmu Syekh Abdul Qodir Jailani melalui jalan ruhani.setelah Hamzah Fansuri tarekat ini berkembang di Aceh.Syekh Yusuf Makasari adalah orang yang masuk tarekat didaerah tersebut. Tarekat Qodiriyah di Aceh berhubungan dengan tarekat yang lahir di India (Gujarat)tarekat di Indonesia juga mendapat pengaruh dari Yaman.

Di Indonesia tarekat Qodiriyah bergabung dengan tarekat Naksabandiyah. Pengabungan kedua tarekat ini dilakukan oleh tokoh asal Indonesia, Ahmad Khatib ibn Abd Al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19 berasal dari Kalimantan barat, akan tetapi meninggal di Mekkah tahun 1878 M.
Diantara murid-murid Ahmad Khatib ialah: Abd Al-Karim dari Banten, sebagai orang yang menyebarkan dan mempopulerkan tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah didaerah ini dan Syekh Tolhah dari Cirebon yang mempunyai murid bernama Abdullah Mubarak.mengenai murid syekh Tholhah yang dikenal sebagai pendiri Pesantren Suryalaya ini, penulis buku tarekat Naqsabandiyah di Indonesia.Martin Van Bruinessen mengatakan:

“ Khalifah dari Kiyai Tolhah Cirebon yang paling penting ialah Abdallah Mubarak, belakang dikenal sebagai Abah sepuh.Abdallah melakukan baiat ulang dengan Abd Karim Banten di Mekkah, dan pada tahun 1905M mendirikan pesantren Suryalaya di Pangerageung, dekat Tasikmalaya ( Jawa Barat ).Dibawah pimpinan putranya dan penerusnya Abah Anom (atau lebih gagah ,K.H.A. Shahibilwafa Tadjul Arifin) pesantren ini menjadi lebih terkenal secara nasional karena pengobatan yang dilakukan terhadap para korban Narkotika, penderita gangguan kejiwaan dan macam-macam penyakit lainya dengan mengamalkan dzikir tarekatnya. Abah Anom banyak mendapatkan patronase dari para pejabat tinggi dari Golkar yang telah dimasukinya hamper sejak permulaan berdirinya organisasi tersebut. Khalifahnya ada diseluruh jawa di Singapura di Sumatra Timur, Kalimantan Barat dan Lombok.

Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah , adalah amalan utama di Pondok Pesantren Suryalaya sejak masa Abah Sepuh hingga Abah Anom.zikir tersebut diamalkan setelah shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih.diluar shalat wajib ,zikir tersebut tidak dilarang untuk diamalkan,bahkan dianjurkan.zikir ini dinamakan zikir Jahar, yakni zikir yang diucapkan dengan suara keras.zikir yang lain yaitu Zikir Khafi, yaitu zikir yang dibaca dalam hati.ini juga menjadi amalan pokok sebagai realisasi tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.

Zikir pokok tarekat Qadiriyah yaitu membaca Istighfar paling sedikit dua kali atau duapuluh kali dengan lafadz Astaghfir Allah al-ghafur al-Rahim. Kemudian membaca shalawat sebanyak itu pula dengan lafadsz Allahuma shali’ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallim. Setelah itu membaca La ilaha illallah seratus enampuluh kali setelah selesai shalat fardhu. Pengucapan lafadz Lailaha illallah memiliki cara tersendiri, yaitu kata la dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari pusat hingga otak, kemudian kata ilaha dibaca sambil menggerakkan kepala kesebelah kanan, lalu kata illallah dibaca dengan keras sambil dipukulkan kedalam sanubari, yaitu kebagian sebelah kiri. Setelah selesai melakukan zikir itu lalu membaca Sayyidina Muhammad Rasul Allah Shalallah ‘alaihi wa sallam.lalu membaca shalawat Allahuma shalli’ala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami al-ahwal wa al-afat hingga akhirnya.kemudian membaca surat Al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh Syekh-syekh tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya juga seluruh oragn islam baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Sebelum dan ketika melakukan zikir tersebut seorang murid membayangkan wajah guru(mursyid) didepanya dan limpahan karunia Allah kepada Nabi dan Syekh.
Bagi setiap orang yang menganut tarekat Qadiriyah harus berpegang kepada akidah para sahabat, tabi’in dan tabi;it tabi;in yaitu yang disebut akidah al-salaf al-salih. Berpedoman kepada Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW, agar dalam menjalani tarekat tidak tersesat. Bagi pemula (mubtadi, agar memiliki sifat bersih hati, jernih muka, suka memberi kebajikan, menghapus kejahatan, sabar dalam kekafiran, menjaga kehormatan syekh, bergaul baik sesame ikhwan, memberi nasihat kepada orang kecil dan orang besar, menjauhi permusuhan dan berkorban dalam masalah agama dan dunia.

Selain persyaratan tersebut diatas,setiap orang yang hendak mengikuti tarekat Qadiriyah harus menjalani dua tahapan.
Pertama , yaitu tahap permulaan yang terdiri dari :
1.Mengikuti dan menerima bay’at guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.
2.Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.
3.Pernyataan guru membay’at muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.
4.Pembacaan do’a oleh guru yang terdiri dari do’a umum dan do’a khusus.
5.Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan beberapa ayat Al-Quran.
Setelah pemberian minum tersebut ,maka selesailah tahap permulaan.dan dengan demikian maka resmilah seorang murid menjadi pengikut tarekat Qadiriyah.

Kedua, tahap perjalanan, maksudnya ialah tahap murid menuju Allah melaluyi bimbingan guru. Murid harus melalui tahap dalam waktu yang bertahun-tahun sebelum ia memperoleh karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya.selama perjalanan itu,murid masih menerima ilmu hakikat dari gurunya.selain itu dia dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi larangannya.murid harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri (mujahadah dan Riyadhah ).

Apabila murid telah berhasil melalui tahapan tersebut, maka guru memberikan ijazah dan memberikan talqin tauhid kepada muridnya, dengan telah diterima ijazahnya maka murid menyandang gelar guru atau syekh dalam tarekat Qadiriyah.
Seorang murid yang telah menjadi syekh sudah tidak terikat lagi dengan gurunya, akan tetapi dia masih boleh untuk mengikutinya. Dan berdasarkan petuah Syekh Abdul Qodir Jailani bahwa murid yang telah menjadi syekh boleh mandiri dan yang menjadi walinya adalah Allah.

Mengenai corak tarekat Qodiriyah ,Syekh Ali ibn al-Haiti ra. Memberikan komentar,”Tarekat adalah tauhid semata dan pentauhidan diri serta menghadirkannya dalam segala sikap ubudiyah dengan melepaskan dari segala sesuatu dan untuk sesuatu”. Selain itu syekh Abdi ibn Musafir ra. Juga memberikan komentar ”Tarekatnya adalah kepasrahan kepada alur-alur takdir dengan keselarasan hati dan ruh, pernyataan lahir dan batin, dan pembersihan jiwa dari sifat-sifat kedirian(nafs) serta mengasingkannya dari memandang manfaat, mudharat, kedekatan dan rasa jauh”.
Adapun pokok-pokok ajaran Tarekat Qadiriyah yaitu ada lima macam, pertama Tinggi cita-cita, Kedua Memelihara kehormatan Ketiga Memelihara nikmat, Keempat Melaksanakan maksud dan Kelima Mengagungkan nikmat.

Syekh Abdul Qadir Jailani

Riwayat hidup

Nama lengkap Syekh Abdul Qadir Jailani adalah Muhy al-din Abu Muhammad ‘Abd al-Qadir ibn Abi Shahih Zangi Dost Musa ibn Abi’Abdillah ibn Yahya al-Zahid Muhammad ibn Daud bin Musa ibn Abdillah ibn Musa al-Jun ibn ‘Abd al-Mukhsin ibn al-Hasan al-Mutsanna ibn Muhammad al-Hasan ibn ‘Ali Abi Thalib ra.

Syekh Abdul Qadir Jailani dilahirkan di Naif, Jailan,Irak, pada bulan Ramadhan tahun 470H. bertepatan dengan tahun 1077 M. Beliau berasal dari suku Arab Quraisy. Ayahnya bernama Abu Ahahih keturunan Imam Hasan ra, putra sulung Ali bin Abi Thalib ra, dan Fatimah ra. Ibunya adalah putrid seorang wali, Abdullah suami, yang juga masih keturunan Imam Husain ra, putra kedua Ali ra. Beliau meninggal di Baghdad pada tahun 561 H. (1166 M).

Pada tahun 488 H, usianya menginjak 8 tahun, dia meninggalkan tempat kelahirannya untuk belajar di Baghdad, pusat aktivitas politik, perdagangan dan kebudayaan dan pusat ilmu-ilmu keagamaan di dunia Islam. Dikota ini dia belajar ilmu fiqih dibawah bimbingan Abu Sa’id Ali Al-Mukarrimi, seorang ahli fiqih madzab Hambali yang terkenal. Sebelumnya ia telah mendaftarkan diri untuk belajar di madrasah Nizhamiyyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin oleh seorang sufi besar bernama Ahmad al-Ghozali, namun ketika itu ia tidak diterima di tempat tersebut. Sejak tahun 488 H (1095 M),waktu ia berada dikota Baghdad sampai tahun 521 H (1127), waktu ia mulai terkenal sebagai ulama terbesar madhzab Hambali , banyak kegiatannya yang kurang diketahui .Ada beberapa aktivitas yang diketahui selama periode tersebut antara lain perjalanannya dengan kelahiran salah satu anaknya pada tahun 508 (1114-1115 M). menurut beberapa ahli bahwa dia pernah menjadi penjaga kuburan Imam Abu Hanifah.

Gurunya yang pertama dibidang Tasawuf adalah Abu al-Khair Muhammad ibn Muslim al-Dabbas (wafat 525 H/ 1131 M) seorang yang mempunyai kesucian jiwa yang cukup tinggi. Selama berguru kepadanya dia banyak memberikan latihan-latihan ruhani yang cukup keras . Syekh Abdul Qadir Jailani mampu menerima pelajaran dan didikan darinya sehingga ia mendapat gelah kehormatan yang disebut al-Baz al-Ashhab (burung elang kelabu).

Pada tahun 521 H/1127 M Syekh Abdul Qadir Jailani mulai memberikan khutbah pada masyarakat, isi dan gaya khotbahnya membuat orang terpukau dan senang mendengarnya. Khotbsh yang disampaikan terus menerus membuat reputasinya semakin tinggi dan semakin tersebar diseluruh masyarakat.Pada tahun 528 H dibangun untuknya sebuah kediaman dan wisma tamu yang disebut ribat .Tempat ini selain tempat kediaman Syekh Abdul Qadir Jailani dan keluarganya, juga untuk menampung murid-muridnya serta para tamu yang dating dari berbagai daerah untuk menghadiri majelisnya.Tempat tersebut dibangun dari sedekah dan sumbangan masyarakat.

Syekh Abdul Qadir Jailani menetap di Baghdad selama 37 tahun dalam lima periode kekhalifahan disasti Abbasiyah. Ketika Syekh Abdul Qadir Jailani pertama kali masuk Baghdad , kekhalifahan dipegang olej al-Mushtadhhir Biamrillah, lalu Abu Abbas yang meninggal pada tahun 512 H, setelah itu al-Musytarsyid, lalu ar-Rasyid, kemudian al-Muwtafi Liamrillah dan selanjutnya kursi kekhalifahan diduduki oleh al-Mustanjid Billah. Selain itu juga berdiri pula dua kekuatan pemerintahan besar yaitu antara khalifah dan sultan keluarga (marga) Saljuk. Mereka (Bani Saljuk) adalah orang-orang yang sangat loba dan dengki terhadap kemegahan kekuasaan khalifah. Kemudian terjadilah peperangan diantara keduannya. Tragedi ini berlangsung ketika pemerintahan Baghdad dipegang oleh Khalifah al-Mustarsyid.dalam peperangan khalifah menderita kekalahan yang dihancurkan oleh Sultan Mas’ud.

Selama pemerintahan sultan keadaan menjadi semakin buruk, cinta dunia menguasai manusia dengan saling merebut kekayaan dunia. Timbulnya tradisi lama,perjudian,pencurian,perzinahan dan segala bentuk kemaksiatan.Pengabdian dan pengkultusan dan pembesar istana oleh rakyat secara berlebihan. Selain itu banyak fakir miskin yang terlantar dengan tidak mendapat perhatian dari sultan. Masalah ini membuat Syekh Abdul Qadir Jailani melakukan kritikan-kritikan keras yang ditujukan kepada sultan dan pembesar istana.

Syekh Abdul Qadir Jailani dengan kekerasan sikap dan keteguhannya berpegang pada kebenaran serta dengan keberaniannya mengkritik khalifah dan sultan tidak boleh diragukan para wali. Dengan kepribadiannya itu banyak pujian yang diberikan kepadanya, seperti pujian Ibn Arabi(wafat 1240 M) menganggap Syekh Abdul Qadir Jailani sebagai seorang yang pantas menjadi wali qutub (poros) pada masanya. Demikian juga Ibnu Taymiyyah (wafat 728 H) seorang mujtahid dalam madzab Hambali yang sering menyerang para sufi dan tasawuf ikut memujinya.
Syekh Abdul Qadir Jailani terus memimpin madrasah dan ribatnya sampai ia wafat yang kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh anak-anaknya .Demikian pula ajaran-ajarannya diteruskan oleh mereka dan murid-muridnya. 

sumber :http://www.muryanawaludin.co.cc/2009/07/syekh-abdul-qadir-jailani.html

MANAQIB

Pembahasan tentang keajaiban- keajaiban para sufi merupakan uraian yang sangat menarik dalam sejarah sufisme dan aliran-aliran tarekat. Sebagian besar dari keajaiban-keajaiban adalah cerita-cerita yang dibuat secara sadar untuk mengangkat prestise seorang wali tertentu atau tarekat yang dihubungkan dengan namanya. Dalam hal ini para murid adalah yang banyak berperan dalam pembuatan cerita-cerita tersebut atau penganut atau pengagum wai tertentu. Manaqib Syekh abdul Qadir Jailani adalah salah satu contoh yang menceritakan segala kebaikan atau keramatnya. Dia memiliki kesalehan dan rasa cinta sesama yang luar biasa serta kejujuran yang kuat dalam penyampaian khotbah-khotbahnya.

Syekh Abdul Qadir Jailani adalah orang suci Islam yang paling populer dimuliakan. Hal ini disebabkan oleh ajaran tasawufnya yang luhur, prinsip-prinsip kemanusiaan yang dikembangkan sampai tingkat yang paling tinggi tanpa perbedaan bangsa dan agama, kedermawanan yang besar, kebaikan dalam segala perbuatan serta kelembutan jiwanya. Hal-hal tersebut juga menyebabkan ditulisnya kitab manaqibnya.
Kitab manaqib memiliki banyak versi, seperti yang dikatakan oleh Martin Van Bruinessen:
“Karisma Syekh Abdul Qadir Jailani, terutama dikalangan rakyat awan, luar biasa dan riwayatnya tentang kehebatannya, kesalehannya, dan keajaibannya yang dilakukan tersebar luas cepat. Legenda-legenda tentang Syekh Abdul Qadir yang diceritakan dalam kisah-kisah hidupnya menjadi semakin luar biasa. Kisah hidup pertama dalam kitab Bahjah Al-Asrar karangan Ali Ibn Yusuf Al-Syattanaufi (wafat 713 H./1314 M. yaitu setsngah baad setelah Abdul Qadir) sudah mengandung banyak cerita keajaiban yang luar biasa. Penulis berikutnya Al-Dzahabi (wafat 1348 M.)

dalam Tarikh Al-Islamnya,masih banyak meragukan banyak cerita yang sangat berlebihan, tetapi tidak lama kemudian ‘Afifudin Al-Yafi’I (wafat 1367 M.) mengarang kitab manaqib yang memantapkan nama Abdul Qadir sebagai ahli keajaiban yang terbesar: Khulashah al-Mafakhir fi ikhtisahar Manaqib Mnaqib al-Syekh Abdul Qadir. Kitab ini merupakan dasar beberapa versi manaqib yang beredar di Indonesia. Setelah Yafi’I, beberapa ulama mengarang kitab manaqib yang lebih ekstrim lagi, dan yang paling penting diantaranya kitab Lujjain Al-Dani oleh Ja’far bin Hasan al-Barzanji (wafat 1766 M.), pengrang yang di Indonesia sangat terkenal dengan kitab Maulidnya. Di Indonesia terdapat setidaknya tujuh edisi teks ini (dengan terjemahan dan komentar dalam bahasa jawa, sunda dan Indonesia) yang berbeda.

Kitab Manaqib yang dibaca masyarakat Islam Indonesia antara lain, ialah kitab manaqib Taj al-Auliya wa burhan al-Asfiya yang disusun oleh Abdu Al Qadir ibn Muhy Al-Din Al-Arbali. Kitab tersebut dinamakan juga dengan Tafrih al-Khatir. Pengarang menukil dari sebuah risalah manaqib berbahasa Persia yang dikarang oleh Syekh Muhammad Sadiq al-Qadari al-Syahabi al-Sa’di.

Kitab afrih al-Khatir berisi tujuh puluh manaqib (bentuk tunggal dari manaqib) yang dimulai dari pembahasan tentang kedudukan Syekh Abdul Qadir Jailani di bawah Rasulullah SAW, dan dan diakhiri dengan pembahasan tentang anak-anaknya. Dalam mukadimah kitab, penyusun mengatakan:

“(Ketahuilah ) wahai saudaraku, bahwa setiap kata yang engkau dengar baik berupa pujian ataupun pujaan dan engkau mengetahui bahwa padanya tidak ada sesuatu kekurangan bagi sifat Tuhan, maka engkau wajib membenarkannya meskipun tidak engkau ketahui siapa yang mengatakannya. Demikian dengan kebenaran para nabi, apabila tidak ada kekurangan bagi derajat kenabian di dalamnya dan kebenaran para wali apabila tidak ada sedikitpun padanya dari sifat-sifat Tuhan dan kenabian, maka hal itu mesti diterima dan tidak boleh diingkari. Mengingkari keramat-keramat para wali dapat mengarah kepada pengingkaran mukjizat para Nabi, karena setiap wali berada dibawah derajat Nabi.

Barang siapa yang percaya kepada mukjizat Nabi as, maka berarti ia telah percaya kepada keramat para wali ra. Dan mengingkarinya akan mendatangkan kemurkaan dan kehinaan. Hal ini seperti yang dikatakan dalam hadist qudsi, “Siapa yang menyakiti waliku, maka aku nyatakan perang kepadanya.” Kita berlindung dari kejahata ddiri dan setan. (demikian ) halnya apabila engkau mendengar kata-kata dari ahli syariat pembawa petunjuk, maka dari pada tersesat lebih baik tawakuf (berdiam diri) dan mohonlah kepada Allah Yang Maha Mengetahui agar dia mengajarkan kepadamu sesuatu yang beluym engkau ketahui.

Kitab manaqib yang lain, yaitu Tijan al-jawarih fi Manaqib al-Sayyid “Abd al-Qadir karya al-Haj Muhammad Juwaini ibn al-Haj ‘Abd al-Rahman yang beralamat di parakan Sukabumi. Kitab ini diterbitkan oleh Sirkah ‘Ali Rida, Jakarta.Pada halaman muka ditulis silsilah Syekh Abdul Qodir Jailani dari pihak ibu dan bapak. Pembahasan terdiri dari lima puluh tiga manqabah dengan menggunakan bahasa sunda berhuruf arab melayu.pada akhir kitab ditulis zikir do’a untuk Syekh Abdul Qodir Jailani.

Selain kedua kitab manaqib tersebut diatas, yaitu kitab manaqib Quth al-Rabbaniyy wa al-Haikal al-Nurani Aayyidi al-syekh abd al-Qodir al-Jailani yang menggunakan bahasa Indonesia dan ditulis dengan arab melayu.kitab ini diterbitkan oleh penerbit al-maktabah al-Tahiriyah,Jakarta.nama penulis kitab ini tidak tercantumkan dengan jelas.

Pembahasan dibuat secara umum tanpa bab atau judul manaqabah seperti yang ada dalam kitab manaqib terdahulu/sebagian dari isi cerita yang ditulis dalam kitab tersebut ialah:
“Bermula setengah dari pada perkabaran tuan Syekh Abdul Qodir Jailani yaitu barang yang dikabarkan oleh ibunya dengan katanya adalah hal ikhwal anakku, Abdul Qodir ketika kecilnya tiada sekali-kali ia minum susuku pada siang hari waktu gelap bulan, yakni akhir bulan Sya’ban. Dan jika sekalian manusia hendak berpuasa Ramadhan, maka datanglah mereka itu kepadaku menenyakan hal ikhwal anakku itu. Apabila aku jawab kepada mereka itu, bahwa anak itu tiada sekali-kali hendak minum susuku pada siang hari ,maka nyatalah yang hari itu dari pada bulan Ramadhan.

Pembacaan kitab manaqib biasanya dilakukan ketika lepas dari musibah atau ketika tercapainya sesuatu maksud. Selain itu ada juga melakukan pembacaan manaqib pada acara pernikahan, khitanan dan selamatan. Pada sebagian masyarakat islam, tradisi ini masih berjalan, pada sebagian lain sudah hilang.bahkan ada sebagian masyarakat Islam yang merasa asing dengan tradisi manaqiban ini.namun hal ini tidak perlu diperdebatkan.

Intel Siap Luncurkan Processor Core i7 660UM Terbaru Kuartal Ketiga 2010

Intel akan terus memperbaharui penawaran prosesornya dengan sejumlah model-model terbaru yang akan mengadopsi arsitektur mikro terbarunya, yang mngkombinasikan dengan teknologi manufaktur generasi mendatang. Menurut rincian yang terbaru di bidang industri, produsen chip yang berbasis di California ini juga akan terus memperbaharui jajaran model CPU tegangan rendahnya, dengan rencana untuk menambahkan model Core i7 terbaru. Kabarnya prosesor ini dijuluki sebagai 660UM yang akan dapat mencapai kecepatan 2.4GHz, melalui overclock.
Prosesor baru Intel ini didasarkan pada  generasi terbaru dari  CPU dual-core Arrandale. Kabarnya model ini, sesuai dengan rincian diungkapkan oleh Fudzilla, dalam sebuah artikelnya baru-baru ini, yang memiliki kecepatan utamanya hanya 1.33GHz, sedangkan penyediaan pengguna akhir dengan empat thread. Keuntungan dari proses manufaktur yang maju dan kecepatan utama yang rendah diterjemahkan ke dalam TPD hanya 18W. Namun demikian, bagi mereka yang mencari untuk meningkatkan kinerja PC portabel mereka, prosesor yang dilengkapi dengan kemampuan untuk mencapai kecepatan 2.4GHz, dengan bantuan beberapa overclock.
Arrandale akan memberikan baik grafis maupun prosesor inti mati yang sama, yang berarti bahwa pengguna akhir akan mengambil keuntungan dari solusi energi yang lebih efisien. Core i7 660UM didasarkan pada Arrandale dan akan hadir dengan built-in Intel grafis, yang akan absen pada 166MHz dan mendukung meningkatkan kecepatan dari 500MHz. Dengan bantuan dari memori DDR3, inti grafis bisa naik hingga 800MHz.
Kabarnya prosesor Arrandale ini yang rencananya akan dirilis pada kuartal ketiga tahun 2010 ini, hadir dalam paket  BGA dan menampilkan cache 4MB. Dirancang untuk menjadi salah satu perusahaan prosesor lebih cepat, yang pada akhirnya akan memiliki model 660UM untuk menggantikan model 640UM, di puncak teratas dari segmen kinerja Intel Ultra Thin ini. Dengan prosesor baru, seperti Core I5 520UM, 540UM, Core i7 620UM dan 640UM, tampaknya perlu dilihat perkembangan laptop di pasaran.

Berapa Gaji Khalifah Islam?


Ketika diangkat sebagai khalifah, tepat sehari sesudahnya Abu Bakar r.a. terlihat berangkat ke pasar dengan barang dagangannya. Umar kebetulan bertemu dengannya di jalan dan mengingatkan bahwa di tangan Abu Bakar sekarang terpikul beban kenegaraan yang berat. “Mengapa kau masih saja pergi ke pasar untuk mengelola bisnis? Sedangkan negara mempunyai begitu banyak permasalahan yang harus dipecahkan…” sentil Umar.
Mendengar itu, Abu Bakar tersenyum. “Untuk mempertahankan hidup keluarga,” ujarnya singkat. “maka aku harus bekerja.”
Kejadian itu membuat Umar berpikir keras. Maka ia pun, bersama sahabat yang lain berkonsultasi dan menghitung pengeluaran rumah tangga khalifah sehari-hari. Tak lama, mereka menetapkan gaji tahunan 2,500 dirham untuk Abu Bakar, dan kemudian secara bertahap, belakangan ditingkatkan menjadi 500 dirham sebulan. Jika dikonversikan pada rupiah, maka gaji Khalifah Abu Bakar hanya sebebsar Rp. 72 juta dalam setahun, atau sekitar Rp 6 juta dalam sebulan. Sekadar informasi, nilai dirham tidak pernah berubah.
Meskipun gaji khalifah sebesar itu, Abu Bakar tidak pernah mengambil seluruhnya gajinya. Pada suatu hari istrinya berkata kepada Abu bakar, “Aku ingin membeli sedikit manisan.”
Abu Bakar menyahut, “Aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya.”
Istrinya berkata, “Jika engkau ijinkan, aku akan mencoba untuk menghemat uang belanja kita sehari-hari, sehingga aku dapat membeli manisan itu.”
Abu Bakar menyetujuinya.
Maka mulai saat itu istri Abu Bakar menabung sedikit demi sedikit, menyisihkan uang belanja mereka setiap hari. Beberapa hari kemudian uang itu pun terkumpul untuk membeli makanan yang diinginkan oleh istrinya. Setelah uang itu terkumpul, istrinya menyerahkan uang itu kepada suaminya untuk dibelikan bahan makanan tersebut.
Namun Abu Bakar berkata, “Nampaknya dari pengalaman ini, ternyata uang tunjangan yang kita peroleh dari Baitul Mal itu melebihi keperluan kita.” Lalu Abu bakar mengembalikan lagi uang yang sudah dikumpulkan oleh istrinya itu ke Baitul Mal. Dan sejak hari itu, uang tunjangan beliau telah dikurangi sejumlah uang yang dapat dihemat oleh istrinya.
Pada saat wafatnya, Abu Bakar hanya mempunyai sebuah sprei tua dan seekor unta, yang merupakan harta negara. Ini pun dikembalikannya kepada penggantinya, Umar bin Khattab. Umar pernah mengatakan, “Aku selalu saja tidak pernah bisa mengalahkan Abu Bakar dalam beramal shaleh.”(sa/berbagaisumber)

Bagaimana Menghafal Al-Quran

Jiwa yang tak pernah dibacakan Al-Quran, seperti kuburan. Sepi, sendirian, dan kering-kerontang. Zaman ini, sedikit sekali orang-orang yang hafal Al-Quran. Kita bisa melihat, para orang tua lebih resah kalau anaknya tidak bisa matematika atau bahasa Inggris, ketimbang tidak tahu Al-Quran. Padahal, itu adalah keluarga Muslim. Padahal, sebagai orang Islam, kita harus yakin, hanya Al-Quran lah sebagai petunjuk hidup kita.
Ketika zaman semakin berputar mengikuti arus syahwat manusia, selayaknya lah kita sebagai orang Islam (mungkin) harus mulai kembali menanamkan azam dan niat, tekad dan keinginan untuk mulai menghafal Al-Quran.
Dan untuk memudahkan menghafalnya, ada beberapa teknik dan persiapan yang khusus yang bisa dipakai. Beberapa di antaranya:
  • lkhlaskan niat dan bersabar
  • Jangan lupa baca basmillah dulu
  • Berdoa kepada Allah swt
  • Bersih dari hadas kecil dan besar
  • Sebaiknya menghadap kiblat
  • Memakai pakaian putih yang bersih dan menutup aurat
  • Jangan banyak berkata dan ketawa ketika membaca dan menghafal
  • Memberikan perhatian sepenuhnya
  • Jangan membaca ketika mengantuk atau menguap
  • Berhenti membaca ketika ingin buang angin
  • Salat dua rakaat sebelum memulai
SEBELUM MENGHAFAL
  1. Mempunyai azam dan minat untuk menghafal
  2. Memilih waktu yang sesuai untuk menghafal
  3. Memilih tempat yang sesuai untuk menghafal
  4. Berada dalam keadaan tenang
  5. Tenangkan pikiran sebelum menghafal
  6. Pilih sebuah jenis mushaf dan jangan ubah dengan jenis mushaf lain
  7. Beristighfar, membaca selawat dan doa sebelum mulai menghafal
TEKNIK-TEKNIK MENGHAFAL
A. Teknik "Chunking” (potongan-potongan)
  • Mengelompokan ayat yang panjang dalam beberapa bagian yang memang sesuai mengikuti arahan guru atawa ustadz, jika belajar bersama mereka
  • Mengelompokan awal surat pada beberapa bagian (2 atau 3 bagian) yang sesuai
  • Mengelompokan surat dalam beberapa bagian, contohnya mengikut pertukaran cerita
  • Mengelompokan juz kepada beberapa bagian mengikut surah, hizib, rubu', cerita dan sebagainya
  • Mengelompokan kelompok surah, setiap 10 juz dan sebagainya
B. Teknik Mengulang
  • Membaca sepotong atau sebagian ayat sekurang-kurangnya lima kali sebelum mulai menghafalnya
  • Membaca ayat yang telah dihafal berulang-ulang kali (10 atau lebih)
  • sebelum berpindah ke ayat seterusnya
  • Selepas menghafal setiap setengah halaman, harus diulang beberapa kali sebelum diteruskan bagian yang setengah halaman lagi
  • Sebelum menghafal bagian Al-Qur'an seterusnya, harus diulang bagian yang sebelumnya.
C. Teknik Menghafal Dengan Teman
  • Pilih seorang teman yang sama-sama berminat
  • Orang pertama membaca dan disimak oleh orang kedua
  • Orang kedua membaca dan disimak oleh orang pertarna
  • Saling menyebut ayat antara satu sama lain
E. Teknik Mendengar Kaset/CD
  • Pilih seorang qari yang baik bagi seluruh Alquran atau beberapa qari bagi surah-surah tertentu
  • Sebelum mulai menghafal, dengar bacaan ayat-ayat yang ingin dihafal beberapa kali
  • Amati cara, lagu dan tempat berhenti bacaan qari tersebut sehingga terpahat di pikiran
  • Mulai menghafal ayat-ayat tersebut dengan cara dan gaya qari tersebut
  • Sentiasa mendengar kaset/CD bacaan Alquran dan kurangi atau tinggalkan mendengerkan lagu-lagu kerana akan mengganggu penghafalan
F. Teknik Merekam
  • Rekam bacaan kita di dalam kaset dan dengarkan lagi untuk memastikan bacaan dan hafalan yang betul
  • Bagi kanak-kanak, rekam bacaan ibu-bapa atau guru kemudian diikuti oleh bacaan kanak-kanak tersebut
  • Minta kanak-kanak tersebut mendengar kembali rekaman tersebut beberapa kali hingga menghafalnya
G. Teknik Menulis
  • Tulis kembali surat yang telah dihafal. Kemudian cek lagi dengan mushaf.
  • Menulis setiap ayat pertama awal surat, atau setiap rubu', atau setiap juz, atau setiap surah dalam sehelai kertas.
MEMELIHARA HAFALAN
  1. Jauhi maksiat mata, maksiat telinga dan maksiat hati
  2. Banyak berdoa, terutama waktu mustajab doa seperti ketika berbuka puasa, ketika dalam perjalanan, selepas azan dan lain-lain lagi
  3. Menetapkan kadar bacaan setiap hari, contohnya, selembar, setengah juz, 1 juz dan sebagainya
  4. Membaca pada waktu pagi dan mengulangnya pada waktu malam
  5. Jangan membaca ketika sedang bosan, marah atau ngantuk
  6. Menulis setiap ayat yang mutasyabih
(sa/berbagaisumber)

Selasa, 16 Februari 2010

APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN?

Ada cerita bagus nee, dapet dari salah satu temen di milis, langsung aja baca :D

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada?
Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini,
"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan
semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali  lagi. "Ya,
Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti  Tuhan
menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip  kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia
telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah
sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.
Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi
diam  dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata
dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.Gelap itu juga  tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang  gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah
kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak
perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut
adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda  salah,
Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti
dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari
ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Ikhwan, Jihad, Politik, dan Partai

Ikhwan dan Jihad
Ikhwan memandang bahwa jihad adalah kemestian dalam da 'wah. Ikhwan meletakkan poin jihad pada rukun keempat dari arkan bai'at.
Berkata Ustadz Hasan al-Banna rahimahullah: Jihad merupakan kewajiban yang terus berlaku hingga hari kiamat. lnilah yang dimaksud dalam sabda Rasulullah saw.: "Barang siapa yang meninggal dia belum berjihad, serta belum berniat untuk berjihad, maka ia mati secara j ahiliyah.”
Jihad paling rendah adalah pengingkaran hati, dan yang paling tinggi berperang di jalan Allah. Di antara keduanya adalah jihad dengan lisan, pena, tangan, dan ucapan yang hak di hadapan penguasa durjana.
Da'wah tidak dapat hidup kecuali dengan jihad fi sabilillah dan harga mahal yang harus dipersembahkan untuk mendukungnya. Niscaya pahala besar akan diberikan kepada para aktivis da'wah.
"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang se'benar- benarnya...” (QS. al-Hajj:78)
Sebab itu, syi’ar yang selalu dikumandangkan adalah “al-jihadu sabiluna jihad adalah jalan kami."
Prinsip jihad Ikhwan tidak hanya dalam bentuk ceramah, syi’ar, dan makalah yang membicarakannya, tapi teraktualisasi secara riil ketika di Palestina terbuka peluang untuk berperang.
Peperangan tersebut mencatat berbagai strategi dan pengalaman perang yang dilakukan Ikhwanul Muslimin, yang telah tertulis dalam berjilid-jilid buku. Hendaknya jilid-jilid buku yang mencatat peristiwa ini dibaca oleh setiap muslim, untuk memberi pengaruh terhadap ruh dan kekuatan terhadap mereka. Agar mereka dapat meresapi makna izzah dan rasa bangga terhadap intima (penisbatan) mereka kepada ummat Islam.
Tapi sayangnya, buku-buku itu tidak terlalu mendapat perhatian dari ummat Islam. Berlainan sekali dengan sikap musuh-musuh kita yang justru mengkaji dan mempelajari seluruh isi buku-buku tersebut secara detail.
Cukuplah disini kita mengingat bagaimana spontanitas dan sambutan besar para Ikhwan dari seluruh penjuru dunia, saat Ustadz Hasan al-Banna rahimahullah membuka kesempatan bagi mereka untuk bergabung dengan pasukan sukarelawan jihad di Palestina.
Salah satu syarat yang beliau tetapkan bagi calon mujahidin adalah ridha kedua orang tua mereka untuk turut dalam jihad.
Ikhwan dan Politik
Masalah ini telah memunculkan reaksi banyak pihak. Di antara mereka ada yang curiga, memunculkan gelar negatif, dan melontarkan tuduhan.
Terkait dengan masalah ini, ustadz Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan:
"Wahai ummat Islam, sesungguhnya kami menyeru kalian, dengan al-Qur'an dan sunnah di tangan kami, amal para salafushalih menjadi qudwah kami. Kami menyeru kalian kepada Islam, kepada ajaran-ajaran Islam, hukum-hukum Islam, hidayah Islam. Bila kalian menganggap hal ini sebagai sikap yang berbau politik, maka itulah politik kami.
"Bila orang-orang yang menyeru kalian pada prinsip-prinsip ini disebut kaum politikus, berarti al-hamdulillah mungkin kamilah orang-orang yang banyak berkecimpung dalam politik. Sebutlah apa saja tentang sikap ini, sebutan-sebutan itu tidak berpengaruh negatif bagi kami hingga jelas apa makna sebutan itu dan tersingkap tujuannya."
"Wahai ummat Islam, berbagai sebutan dan nama tersebut hendaknya tidak menghalangi kalian dari hakikat, tujuan dan mutiara. Sesungguhnya yang dikehendaki Islam dalam politiknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah politik kami yang tidak ada gantinya. Karena itu, berpolitiklah, dan bawa ghirah kalian di atasnya. Kemuliaan ukhrawi menanti kalian."
"Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi." (QS. Shaad: 88)
Tentang Politik Kepartaian
Ustadz al-Banna rahimahullah mengatakan: "Adapun yang menyebut kami sebagai partai politik, maka kami tidak mendukung satu partai dan menyaingi selainnya. Kami tidak akan berubah haluan menjadi seperti itu dan tidak seorangpun yang dapat merubah atau merancukan prinsip kami dalam hal tersebut.
Yang dimaksud bahwa kami politikus, adalah kami menumpahkan perhatian terhadap kondisi ummat kami. Kami meyakini bahwa kekuatan secara legislatif merupakan bagian dari ajaran Islam yang sesuai dengan hukum-hukumnya.
Kebebasan politik adalah salah satu rukun dan kewajiban dalam Islam. Kami berusaha keras untuk dapat mewujudkan kebebasan dan meluruskan perangkat legislatif. Kami yakin ini bukan hal baru, tapi telah dikenal oleh setiap muslim yang mempelajari agama Islam secara benar.
Kami tidak memiliki persepsi tentang da'wah dan eksistensi kami kecuali demi mewujudkan sasaran itu. Dan kami tidak akan keluar sedikitpun dari da'wah kepada Islam. Islam tidak mencukupkan seorang muslim sebatas memberi nasihat dan petunjuk, tapi hingga dalam tahap perjuangan dan jihad.
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut: 69)
Islam adalah agama persatuan dalam segala hal. Islam adalah agama kelapangan hati, kebersihan jiwa, persaudaraan hakiki, ta'awun yang bersih antara manusia seluruhnya, terlebih dengan sesama ummat dan bangsa yang satu. Islam tidak menghendaki dan membenci sistem kepartaian.
Al-Qur'an mengatakan: "Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali (agama) Allah seluruhnya, dan janganlah bercerai berai." (QS. Ali Imran: 103)
Rasulullah saw. bersabda: "Maukah kalian aku tunjukkan dengan amal yang lebih utama daripada shalat dan puasa?”
Mereka mengatakan: “Tentu saja ya Rasulullah.” Rasul bersabda: “Memperbaikl hubungan dengan sesama, sebab sesungguhnya kerusakan hubungan dalam hal ini adalah pencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tapi mencukur agama.”
Di sini tentu patut disebutkan perbedaan antara sistem kepartaian -yang selalu mengangkat syi'ar perbedaan, pembagian kelompok dalam hal pendapat, dan orientasi- dengan kebebasan pendapat yang dibolehkan dan diperintahkan dalam Islam. Juga sikap menyaring permasalahan, pembahasan berbagai perkara dan perbedaan terhadap apa yang disodorkan guna menegakkan al-haq.
Sehingga bila al-haq telah jelas, ia akan menurunkan hikmah kepada seluruh masyarakat. Sama saja apakah dalam perwujudannya mengikut kepada mayoritas atau kesepakatan umum.
Dalam berbicara soal politik, patut pula ditegaskan bahwa kekuasaan bukan menjadi sasaran Ikhwan. Tujuan mereka adalah untuk mewujudkan sistem Islami. Kapanpun sistem ini wujud, dan siapapun orang yang mewujudkannya, Ikhwan siap menjadi prajurit dan pendukungnya.
Ustadz Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan: "Ikhwan tak bermaksud merebut kekuasaan, bila di antara ummat terdapat orang yang siap memikul beban dan melakukan amanah ini, serta menerapkan sistem yang Islami dan Qur'ani. Maka Ikhwan siap menjadi prajurit, pendukung dan penolongnya."
(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)